tugas id card
Sabtu, 09 Oktober 2010
KOTAK BAND
LIMA tahun silam, drummer Posan, gitaris Cella, vokalis Pare, dan pembetot bas Ices bertarung dalam ajang pencarian bakat Dream Band bikinan TV7 (sekarang Trans 7-red). Keempatnya menggunakan Kotak sebagai nama kolektif. Di kompetisi duel antarband itu, Kotak digadang-gadang sebagai band yang punya masa depan cerah. Kemampuan bermusik mereka dianggap amat mumpuni. Komposisi personel yang unik, dua cowok dan dua cewek, dianggap membawa angin segar. Sebelum Kotak, rasanya tak ada band dengan formasi personel seperti itu. Tak heran band ini kemudian dianggap sebagai calon juara paling serius -- dan faktanya band ini keluar sebagai juara kontes bakat ini.
Nah, status kampiun membuat mereka dapat bonus rekaman. Lalu di bawah bendera Hai Records, perusahaan yang bernaung di bawah majalah Hai, band ini merilis album debut Kotak Pertama (2008) yang berisi 12 track. Ternyata, kiprah Kotak di industri yang sesungguhnya tak secemerlang penampilan mereka di ajang Dream Band. Secara komersial album ini tak gemilang, walau album debut ini secara musikal diacungi jempol oleh pengamat juga penikmat musik.
Penjualan album yang tak moncer membuat jadwal manggung mereka sunyi senyap. Fakta ini membuat spirit awak band turun sampai ke titik nadir. Belakangan, band ini memilih vakum.
Lalu setelah rehat dua tahun, band ini bersatu kembali dan mulai menggarap materi album kedua. Sayangnya, di tengah-tengah penggarapan album kedua, muncul prahara. Vokalis Pare yang menjadi ikon band ini memutuskan pergi. “Padahal kala itu materi yang sudah jadi sekitar 60 persen. Dan Pare aktif terlibat dalam penggarapan materi itu,” kenang Cella. Soal hengkangnya Pare, bukan karena punya konflik dengan personel Kotak lainnya. “Pare cabut karena kepengin fokus kuliah,” ujar Posan.
Keluarnya Pare membuat personel Kotak tersisa gamang. Tercetus agar band ini dibubarkan saja. “Sebab kalau sudah hilang satu, bukan Kotak lagi namanya,” tutur Cella. Pare hengkang, band ini pun vakum lagi. Selama masa vakum ini beberapa personelnya mbecak -- ini istilah untuk musisi yang membuat proyek musikal tertentu atau membantu penggarapan musisi lain.
Kesadaran akan kelangsungan hidup Kotak membuat personel tersisa kembali berkumpul. Buat menghidupkan Kotak, serangkaian audisi digelar. Dari audisi itu, mereka menemukan sosok Tantri Syalin yang mantan vokalis band Ares, jebolan Dream Band 2. Tantri tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan band barunya. “Rock dan upbeat bukanlah hal yang baru buat saya,” ujarnya.
Bila ditilik dari segi vokal, Tantri punya power yang lebih kuat ketimbang Pare. Belum lama ini, kekuatan vokal cewek berparas manis ini dipuji penyanyi wanita seperti Titi DJ dan Dewi Sandra via situs mikroblogging Twitter. Uniknya, meski fasih melantunkan lagu beroktan tinggi, Tantri lagu favoritnya berjenis pop. Lagu yang disenanginya “Mencintaimu” dan “Menghitung Hari” milik Kris Dayanti.
Nah, berempat mereka merampungkan album kedua yang sempat terbengkalai. Namun, ketika materi album kedua sudah 100% rampung, muncul masalah baru. Ices si pembetot bas memilih mundur dan bergabung dengan The Rock Indonesia bentukan Ahmad Dhani. Untungnya, masalah di ini segera diantisipasi. Ketiganya bertemu dengan Swasti “Chua” Sabdastantri, cewek mungil yang kalau dilihat dari tampangnya lebih cocok menjadi model remaja ketimbang pemusik rock. Yang menarik, dulunya Chua penggemar berat band ini.
Kelar fase gonta-ganti personel, band ini akhirnya merilis album kedua, Kotak Kedua. Album ini dirilis oleh perusahaan rekaman baru mereka, Warner Music Indonesia. Sebersit rasa khawatir menyertai peluncuran. Apakah setelah tiga tahun vakum, band ini masih diterima? Keraguan itu seketika sirna ketika lagu-lagu balada rock seperti “Masih Cinta” dan “Tinggalkan Saja” diserap dengan mudah oleh pasar. Dua tembang yang tergolong lagu “beracun” itu pun menjadi lagu yang populer di radio, dan pastinya televisi. Yang menarik, sukses dua tembang itu membuat segmentasi pendengar mereka melebar. Coba, kini anak kecil mana yang tak bisa menyanyikan lagu Kotak dengan fasih?
Album Kotak Kedua tak hanya direspons positif pendengar musik. Album itu juga membuat Kotak bolak-balik naik pentas menerima penghargaan. Mulai dari Album Rock Terbaik versi Anugerah Musik Indonesia dan terakhir mereka meraih predikat The Most Favourite Breakthrough Artist dari MTV.
Bila ditelisik, salah satu faktor sukses album kedua Kotak bisa jadi terletak pada kejelian mereka berkompromi dengan pasar. Alih-alih membuat album berisi tembang-tembang cadas superkeras, band ini tampil dengan lagu bertempo lambat yang tengah digandrungi pasar. Lagu pelan mereka adalah jenis yang bergizi, bukan murahan.
Untuk resep sukses ini, band ini berterima kasih banyak pada Pay dan Dewiq yang memproduseri album kedua. Pasangan ini tahu sekali formula bagaimana meramu idealisme dan komersialisme tanpa terkesan murahan, seperti yang diusung Kotak. Laju Kotak makin kencang saat mereka melempar singel “Pelan-Pelan Saja”. Lagu ini jembatan menuju album ketiga yang rencananya bakal dirilis paling cepat Maret nanti.
Kontras dengan album pertama yang sepi job, album kedua yang disambut hangat membuat tawaran manggung mengalir deras. Dalam seminggu mereka bisa tampil lebih dari 4 kali di venue dan daerah yang berbeda. Tingginya frekuensi manggung ini, awalnya membuat mereka keteteran. Namun, lama-lama mereka terbiasa dengan ritme yang cepat dan selalu berpindah-pindah tempat.
“Yang paling kami jaga itu vokal Tantri. Kalau drum rusak, kan bisa diganti. Tapi kalau suara? Itu sebabnya, bila sedang tur, Tantri kami sarankan untuk banyak-banyak beristirahat agar suaranya maksimal,” terang Posan yang bersama Kotak ditemui Bintang di Kawasan Universitas Moestopo, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Jadwal manggung yang padat -- plus album yang sukses -- pastinya membuat kocek kuartet ini menggelembung. Duit dari hasil ngeband sebagian disisihkan Posan untuk membuat studio musik di kawasan Taman Mini. Kabarnya, Posan berniat memindahkan studionya ke daerah Tebet. Sementara, Tantri baru-baru ini membeli sebuah mobil baru. “Tantri kemarin baru beli mobil. Mobilnya, kayak nama sebuah toko retail, Alfamart,” ungkap Posan. “Alphard maksudnya?” tanya Bintang kepada Tantri. “Enggak ah. Cuma mobil biasa kok,” elak Tantri.
Dua personel lainnya, Chua dan Cella tak memperinci secara detail dikemanakan uang hasil ngeband itu. “Yang jelas, selain dapat uang, kami dapat sorotan. Kini mata orang selalu tertuju pada kami. Mau tak mau kami harus bisa menjaga sikap. Jangan sampai ada tingkah kami yang merusak nama baik Kotak,” beber Chua yang menjalin hubungan kasih dengan Konde, penggebuk drum Samsons.
Ketika ditanya inikah puncak kesuksesan band ini, Kotak merendah. “Kalau sukses mah belum. Mendinganlah. Terus terang, kami bersyukur album kedua ini 'jalan' Tapi toh, ke depannya enggak ada jaminan kami akan bisa sukses seperti lagi, kan? Pun tak ada jaminan apakah nantinya formasi kami bakal terus utuh. Di band ini kami bersikap ngalir saja. Enggak usah direncanakan. Masa depan, only God knows, ” pungkas Posan. J bin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar